Rabu, 05 Februari 2014

Terlambatnya Hati

Ada istilah yang mengatakan 'Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali' sepertinya memang benar adanya. Namun keterlambatan hati tak bisa ditoleransi.

Kata-kata itu tiba-tiba saja muncul diingatanku. Ahh, mungkin aku memang terlalu lama meresponnya. Pikirku dalam hati sambil sesekali membuka foto yang Ia pajang dengan kekasihnya di sebuah aplikasi chatting.

                                    ~3 Bulan sebelumnya~

"Aku tunggu sampai kamu pulang, temani aku jalan-jalan Ra, mumpun aku lagi pulang". Seseorang berbicara denganku via telepon. Aku masih sibuk dengan buku-buku tugas yang berserakan. Sekolah hari ini sangat melelahkan sepertinya. Namun aku senang karna Reno mengajakku pergi. Dia teman baikku yang kebetulan bekerja di luar kota, namun kali ini ia mempunyai kesempatan untuk pulang kerumah dan kesempatan itu Ia gunakan untuk mengajakku melepas penat.
"Oke Ren, tunggu bentar yahh. Sejam lagi aku kelar. Bye!". Aku menutup teleponku, dan kembali membereskan urusan sekolah hari ini.

 ~~~

"Ohh Ren, udah disini aja kamu". Reno hanya tersenyum sambil mengacak-ngacak rambutku. "Ya ampunnn Renoooo, kebiasaan lama masih ngga ilang yahh". Aku berusaha menyingkirkan tangannya kemudian mendorong tubuhnya untuk masuk ke sebuah Cafe. Kami memang sengaja membuat janji untuk bertemu langsung ditempat. "Hahaha, kangen abisnya sama kamu Ra. Trus jawabannya apaan Ra ?". Reno langsung menodongkan pertanyaan yang selalu sulit untuk ku jawab. Ia sudah berada di kursinya, duduk manis dengan memandangku menunggu jawaban. "Apaan sih". Jawabku sekenanya. "Tentang perasaanku ke kamu Ra, gimana jawabannya ?". Aku masih saja memainkan minuman dihadapanku. Dudukku seperti tak tenang. Harus kujawab apa. Aku masih saja berpikir hingga tiba-tiba saja pandanganku beralih pada ponsel yang dipegang Reno. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan sampa disaat penting seperti ini. "Ra, kayaknya kita harus balik sekarang deh. Mendadak aku harus balik ke Surabaya. Penting". Ucapnya. Reno sudah berdiri siap untuk segera pergi. Aku hanya tersenyum, "Duluan aja Ren, aku masih pengen disini. Lattenya enak nih, nanggung". Candaku. Seakan mengerti maksudku, Reno memelukku dan pergi. "Aku menyukaiku Ra".
"Aku juga...". Ucapku, sedetik setelah Reno pergi meninggalkanku.