Rabu, 11 Desember 2013

Desember Ketiga

Percaya atau tidak, ini adalah desember ketigaku. Yang aku ingat desember 3 tahun yang lalu sungguh membuatku selalu tersenyum layaknya pertama kali melihat pelangi didalam hidupku. Namun senyumanku tak bertahan lama. Seperti desember yang selalu ditemani dengan hujan, begitu pula dengan desemberku yang penuh dengan air mata. Sedih sudah tentu, namun aku lebih memilih berteman dengan keadaan.
     Hei, Apa kabar ?
Sejenak kuperhatikanlayar ponselku, setelah mengetik pertanyaan itu kuputuskan untuk menghapusnya saja. Ingin rasanya aku menanyakan kabar tentangnya.
"Ngapain sih La daritadi melototin handphone terus? Lagi nunggu telpon penting?" Dinda yang sedaritadi menulis laporannya menjadi gerah mungkin ketika melihatku seperti ini.
"Ini Din, bingung. hehe" Aku hanya tertawa sambil garuk-garuk kepala yang tak gatal.
"Bingung kenapa? Eh si Yuda apa kabar? Masih kontak-kontakan kan sama dia?". DEG. Entah Dinda sengaja menyebut namanya atau memang dia tidak tau. Namun aku tidak bisa menyembunyikan perasaan gelisahku ketika mendengar namanya. Padahal setelah aku tidak lagi bersamanya, aku dan dia masih menjalin persahabatan dengan baik, tapi memang akhir-akhir ini sepertinya dia sedang berusaha menjauh. Kalau dipikir-pikirpun cukup aneh memang bisa berteman dengan mantan sendiri. Dan aku lebih merasa aneh karena aku masih belum bisa menghilangkan perasaanku terhadapnya sampai saat ini. Aku selalu merasa nyaman didekatnya. Walaupun sebagai sahabat rasanya senang. Klise memang. Namun aku lebih takut kehilangannya sebagai sahabat. Aku berharap desember ini akan muncul pelangi kedua bagiku. Karena hujan telah membawa sedihku dan menggantikannya dengan pelangi. Dan pelangi itu adalah dia sebagai seorang sahabat lagi. Tanpa canggung. Tanpa ada yang berubah diantara kita. Tanpa melupakan memori.

0 komentar: